Setelah mengawali tahun 2008 dengan komedi dewasa berbau sensual, Extra Large, maka Starvision meluncurkan komedi keduanya di tahun ini, The Tarix Jabrix. Kerjasama model baru dengan sutradara yang sedang melangit lewat Ayat Ayat Cinta, Hanung Bramantyo bersama Dapur Film Community-nya, maka terciptalah kelucuan-kelucuan yang mengalir dari skenario garapan trio penulis Hilman Mutasi, Reza Keling dan Sofyan Jambul.
Adegan wawancara sebelum pemotretan terhadap lima orang anak muda yang bergaya ala bikers memulai cerita ini. Salah satu dari mereka yang bergaya rambut layaknya Jim Carey dalam Ace Ventura menuturkan pengalamannya saat ingin bergabung dengan kelompok bikers “Road Devils”. Kelucuan pun tercipta saat sang Jim Carey yang ternyata bernama Caca Sutarya alias Cacing (Tria Chanchut) harus melalui tahapan tes masuk yang meliputi jambret tas, naik motor tanpa rem dan lampu malam-malam dan berkelahi, Cacing yang meskipun berwajah kriminal namun berhati mulia tidak sampai hati melakukan itu semua.
Hingga ia kemudian tergerak untuk mengajak kawan-kawannya, Mulyana Derajat alias Mulder ( Dipa Chanchut) orang Bandung yang besar di Medan, Dadang (Erick Chancut) anak pemilik bengkel motor Sugema yang percaya, bahwa hanya akte kelahiran-lah bukti otentik hubungan anak-bapak tersebut, serta si kembar tidak identik yang sedikit autis dan cenderung hiperaktif, Coki (Qibil Chanchut) dan Ciko (Alda Chanchut) untuk membuat geng motor sendiri.
Sangat mengejutkan, debut penyutradaraan dari Iqbal Rais, sutradara muda yang tergabung dalam Dapur Film Community ini mampu untuk mengarahkan personel The Chancutters yang relatif tidak memiliki pengalaman berakting sebelumnya menjadi pemeran utama. Gaya Jim Carey yang di contek oleh Cacing terlihat sangat cocok dengan Tria Chancut. Meski pengaruh dari Hanung sebagai Supervisor Director masih terlihat antara lain dari angle-angle pengadeganan yang sedikit mengingatkan kita akan Get Merried atau Jomblo. Namun, sekian banyak rentetan adegan “berkelas” dalam menghadirkan kelucuan memberi nuansa yang benar benar beda dan bukan kacangan. Simak adegan “Saipul Jamil” ataupun “dikejar bencong” yang membuat banyak penonton terpingkal-pingkal.
Mengedepankan orisinalitas dalam ide cerita yang mengangkat tentang geng motor di Bandung, The Tarix Jabrix nampak mampu menjawab tantangan untuk membuat sebuah film komedi yang sepi dari tema seks dan kejantanan pria namun tetap lucu. Celetukan-celetukan yang lazim di temukan dalam kamus bahasa gaul mutakhir seperti, “Ya iyalah, masa ya iya dong” hadir dengan alami, sebuah konsep naturalitas yang juga terlihat dari tampang para personel The Chancutters yang memang jauh dari kesan artistik dan fotogenik alias nggak ganteng-ganteng amat.
Dua wajah cantik memang hadir dalam film, sosok Calista yang diperankan oleh Carissa Puteri dan Mayang, montir magang yang diperankan oleh Francine Rosenda. Dengan porsi peran yang tidak terlalu banyak, ekspektasi penonton untuk dapat menyaksikan kecemerlangan akting seorang Carissa mungkin akan terabaikan, baik Calista maupun Mayang hadir tidak lebih sebagai pelengkap yang indah.
Acungan jempol layak diberikan dalam pemilihan karakter pembantu lain yang ternyata mampu memberi warna tersendiri, simak akting Edi Brokoli (Ketua Geng Road Devils), Joe P. Project (Ayah Mulder), banci Betty Laverga (Candil “Seurius”) dan kejutan yang ditampilkan oleh dua cameo, Hanung “Saipul Jamil” Bramantyo dan Budiman Soedjatmiko, mantan pentolan PRD yang tampil sebagai pewawancara.
Demikianlah, mengusung beberapa pesan sederhana seperti mematuhi peraturan lalu lintas, safety riding, dan patuh kepada orang tua ternyata tidak membuat film ini menjadi garing dan membosankan. Sebaliknya, The Tarix Jabrix mampu menjadi sebuah ajang pembuktian tersendiri bagi Hanung dan rekan-rekannya dalam berkarya, paling tidak guyonan ala Hanung masih manjur dan ampuh dalam mengocok perut penonton tanpa harus terpeleset menjadi guyonan jorok ataupun ajang eksploitasi body pemeran wanitanya. (Musashi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar